Kamis, 28 Juli 2011

Kinerja positif, saham PTBA makin atraktif

Kinerja positif, saham PTBA makin atraktif
JAKARTA. Sepanjang semester satu 2011, PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) mencetak kinerja gemilang. Laba bersih emiten itu mengalami pertumbuhan 77,4% year-on-year menjadi Rp 1,61 triliun. Pendapatan produsen batubara itu naik 34,9% jadi Rp 5,12 triliun.

Padahal volume penjualan hanya naik sekitar 2%. Namun kenaikan average selling price (ASP) tahun lalu berhasil menutup volume yang stagnan. ASP batubara PTBA di tahun ini Rp 760.544 per ton untuk pasar domestik dan US$ 98,8 untuk pasar ekspor. Harga itu merupakan ASP tertinggi PTBA.

Analis Kresna Securities Yohan Kurniawan menilai pencapaian PTBA di semester satu cukup kuat. Namun analis Samuel Sekuritas Christine Salim menilai kinerja PTBA di bawah ekspektasi.

Toh, kedua analis yakin kinerja PTBA akan membaik di semester kedua. Penyebabnya, perusahaan ini akan kedatangan gerbong pengangkut batubara yang baru dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) selama Agustus-September tahun ini. "Secara historis, volume produksi PTBA di semester kedua akan meningkat," kata Christine.

Berdasarkan riset Christine, pembangunan PLTU Tanjung Enim saat ini sudah mencapai sekitar 90%. Di samping itu, PTBA juga sedang membangun satu PLTU lagi di Tarahan, Lampung untuk kebutuhan sendiri. PLTU Tarahan ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013.

Menunggu proyek

Anthony Yunus, analis NISP Sekuritas, meramalkan kinerja PTBA bisa tumbuh pesat di tahun ini, sebagai buntut dari naiknya penjualan. Apalagi, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas 3x10 MW di Tanjung Enim, Sumatra Selatan akan segera beroperasi.

Pembangunan PLTU Tanjung Enim sudah mencapai sekitar 90%. PTBA juga membangun satu PLTU lagi di Tarahan, Lampung. PLTU Tarahan ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013.

PTBA juga serius menggarap proyek rel kereta api. Emiten itu telah menandatangani perjanjian dengan PT KAI untuk mengotimalkan jalur kereta yang ada hingga bisa mengangkut 22,7 juta ton batubara di 2014.

Anthony menilai, dengan perjanjian ini, pengangkutan batubara PTBA bisa mencapai 13,6 juta ton di 2011. Di 2012 volume pengangkutan diramal naik menjadi 15,5 juta ton.

PTBA juga tengah membangun jalur kereta Tanjung Enim-Lampung bersama Grup Rajawali dan China Railway Engineering. Targetnya di 2014 jalur ini bisa mengangkut hingga 7 juta ton.

PTBA telah menandatangani perjanjian dengan PT KAI untuk mengotimalkan jalur kereta api yang sudah ada secara bertahap sampai 22,7 juta ton tahun 2014. Selain itu, PTBA juga tengah membangun jalur kereta Tanjung Enim-Lampung bersama Grup Rajawali dan China Railway Engineering, yang pada tahun 2014 ditargetkan memiliki kapasitas angkut 7 juta ton.

Namun, Yohan tidak melihat perkembangan signifikan dari kedua proyek tersebut. "Ada kemungkinan proyek meleset dari jadwal," ujarnya. Berdasarkan penuturannya, manajemen PTBA sudah mengundur target dari pertengahan 2014 menjdi 2015.

Alasannya, PTBA belum mengantongi izin dari pemerintah Sumatera Selatan dan Lampung. Padahal, perusahaan membutuhkan izin untuk membebeskan lahan untuk jalur kereta api sepanjang 304 km.

Melihat potensi pertumbuhan kinerja PTBA, ketiga analis memberi rekomendasi beli. Target harga versi Anthony Rp 27.000 per saham, berdasarkan price to earning ratio (PER) tahun ini 12,4 kali serta EV/EBITDA sebesar 8,4 kali.

Sedang Christine memasang target harga Rp 27.500 per saham yang mencerminkan PER 12,5 kali di 2012. Yohan mematok target harga yang tertinggi bagi PTBA, yaitu Rp 37.400 per saham.

Pada Rabu (27/7) harga PTBA menguat 1,66% menjadi Rp 21. 500 per saham.

Kinerja positif, saham makin atraktif

JAKARTA. Sepanjang semester satu 2011, PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) mencetak kinerja gemilang. Laba bersih emiten itu mengalami pertumbuhan 77,4% year-on-year menjadi Rp 1,61 triliun. Pendapatan produsen batubara itu naik 34,9% jadi Rp 5,12 triliun.

Padahal volume penjualan hanya naik sekitar 2%. Namun kenaikan average selling price (ASP) tahun lalu berhasil menutup volume yang stagnan. ASP batubara PTBA di tahun ini Rp 760.544 per ton untuk pasar domestik dan US$ 98,8 untuk pasar ekspor. Harga itu merupakan ASP tertinggi PTBA.

Analis Kresna Securities Yohan Kurniawan menilai pencapaian PTBA di semester satu cukup kuat. Namun analis Samuel Sekuritas Christine Salim menilai kinerja PTBA di bawah ekspektasi.

Toh, kedua analis yakin kinerja PTBA akan membaik di semester kedua. Penyebabnya, perusahaan ini akan kedatangan gerbong pengangkut batubara yang baru dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) selama Agustus-September tahun ini. "Secara historis, volume produksi PTBA di semester kedua akan meningkat," kata Christine.

Berdasarkan riset Christine, pembangunan PLTU Tanjung Enim saat ini sudah mencapai sekitar 90%. Di samping itu, PTBA juga sedang membangun satu PLTU lagi di Tarahan, Lampung untuk kebutuhan sendiri. PLTU Tarahan ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013.

Menunggu proyek

Anthony Yunus, analis NISP Sekuritas, meramalkan kinerja PTBA bisa tumbuh pesat di tahun ini, sebagai buntut dari naiknya penjualan. Apalagi, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas 3x10 MW di Tanjung Enim, Sumatra Selatan akan segera beroperasi.

Pembangunan PLTU Tanjung Enim sudah mencapai sekitar 90%. PTBA juga membangun satu PLTU lagi di Tarahan, Lampung. PLTU Tarahan ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013.

PTBA juga serius menggarap proyek rel kereta api. Emiten itu telah menandatangani perjanjian dengan PT KAI untuk mengotimalkan jalur kereta yang ada hingga bisa mengangkut 22,7 juta ton batubara di 2014.

Anthony menilai, dengan perjanjian ini, pengangkutan batubara PTBA bisa mencapai 13,6 juta ton di 2011. Di 2012 volume pengangkutan diramal naik menjadi 15,5 juta ton.

PTBA juga tengah membangun jalur kereta Tanjung Enim-Lampung bersama Grup Rajawali dan China Railway Engineering. Targetnya di 2014 jalur ini bisa mengangkut hingga 7 juta ton.

PTBA telah menandatangani perjanjian dengan PT KAI untuk mengotimalkan jalur kereta api yang sudah ada secara bertahap sampai 22,7 juta ton tahun 2014. Selain itu, PTBA juga tengah membangun jalur kereta Tanjung Enim-Lampung bersama Grup Rajawali dan China Railway Engineering, yang pada tahun 2014 ditargetkan memiliki kapasitas angkut 7 juta ton.

Namun, Yohan tidak melihat perkembangan signifikan dari kedua proyek tersebut. "Ada kemungkinan proyek meleset dari jadwal," ujarnya. Berdasarkan penuturannya, manajemen PTBA sudah mengundur target dari pertengahan 2014 menjdi 2015.

Alasannya, PTBA belum mengantongi izin dari pemerintah Sumatera Selatan dan Lampung. Padahal, perusahaan membutuhkan izin untuk membebeskan lahan untuk jalur kereta api sepanjang 304 km.

Melihat potensi pertumbuhan kinerja PTBA, ketiga analis memberi rekomendasi beli. Target harga versi Anthony Rp 27.000 per saham, berdasarkan price to earning ratio (PER) tahun ini 12,4 kali serta EV/EBITDA sebesar 8,4 kali.

Sedang Christine memasang target harga Rp 27.500 per saham yang mencerminkan PER 12,5 kali di 2012. Yohan mematok target harga yang tertinggi bagi PTBA, yaitu Rp 37.400 per saham.

Pada Rabu (27/7) harga PTBA menguat 1,66% menjadi Rp 21. 500 per saham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar