Kamis, 21 Juli 2011

Terlalu muda atau tua, margin bisa tertekan

Terlalu muda atau tua, margin bisa tertekan
JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengumumkan produksi crude palm oil (CPO) semester I tahun ini meningkat menjadi 594.163 ton. Angka ini 26,20% di atas pencapaian periode yang sama tahun lalu. Manajemen optimistis, produksi di semester II tumbuh lebih pesat karena cuaca bersahabat.

Meski begitu, analis Mandiri Sekuritas Hariyanto Wijaya mencatat, biaya produksi emiten ini meningkat akibat banyak lahan baru. Akibatnya, marjin kotor AALI menjadi paling rendah di antara emiten kebun lain, tertekan karena biaya produksi meningkat akibat banyak lahan matang baru. Marjin kotor AALI merupakan yang terendah di antara emiten perkebunan dengan kapitalisasi besar lainnya meskipun average selling price (ASP) bersaing.

Hariyanto menghitung, akan ada tambahan 11,3% lahan matang AALI tahun ini, sehingga luas menjadi 16.709 hektare (ha). Dia juga menghitung biaya produksi per kilogram tandan buah segar (TBS) untuk lahan yang baru matang setahun, yang meliputi perawatan sampai panen sebesar Rp 7.419, lebih mahal dibandingari biaya produksi untuk lahan yang sudah mencapai usia produktif sebesar Rp 2.782

Padahal, pohon sawit berusia empat tahun, misalnya, baru menghasilkan 9 ton TBS per ha per tahun. Jauh lebih rendah ketimbang Padahal, pohon kelapa sawit yang baru berumur empat tahun baru bisa menghasilkan 9 ton TBS per ha per tahun. Bandingkan dengan dengan pohon berusia produktif (9-15 tahun) yang menghasilkan 24 ton TBS per ha per tahun. Karena itu, Hariyanto memprediksi, earning per share (EPS) AALI tahun depan bisa melorot.

Di sisi lain, lebih dari separuh pohon AALI sudah berusia lebih dari 15 tahun, melewati usia produktif. "Produksi AALI hanya bisa tumbuh single digit di tahun-tahun mendatang, kurang 7%," kata Hariyanto, Rabu (20/7).

Willy Gunawan, analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas mengingatkan, AALI harus mengeluarkan dana penanaman pohon baru agar bisa menjaga kelangsungan produksi. Dia yakin, AALI tak akan kesulitan mengingat arus kas yang kuat.

Senada dengan itu, Ricardo Silaen, analis Kim Eng Securities, memprediksi produksi CPO AALI tahun ini bisa tumbuh 12% (year-on-year) menjadi 1,25 juta ton. Perkiraan ini ini tinggi ketimbang target manajemen yang 1,1 juta ton.

Sebaliknya, Hariyanto masih pesimistis akan keberhasilan penanaman baru karena landbank AALI tersebar di lokasi yang berbeda. Umur rata-rata pohon kelapa sawit AALI yang sudah melewati usia produktif juga menjadi perhatian Willy Gunawan, analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas. "AALI harus mengeluarkan dana untuk penanaman pohon baru untuk menjaga kelangsungan produktivitasnya," kata Willy.

Dengan arus kas yang kuat dan nyaris tidak punya utang, Willy memperkirakan AALI tidak akan mengalami kesulitan melakukan penanaman. Namun Hariyanto masih pesimis akan keberhasilan penanaman baru karena landbank AALI tersebar di lokasi yang berbeda.

Harga CPO

Ketiga analis tersebut memperkirakan harga CPO masih tetap tinggi tahun ini, didorong permintaan terutama dari China, India, Timur Tengah, Eropa, dan Indonesia. "Harga masih tinggi dalam jangka menengah, meski cenderung volatile jangka pendek," kata Willy. Asumsi dia, harga CPO tahun ini
US$ 950 dan US$ 1.000 tahun depan. Ricardo memprediksi, harga CPO US$ 1.000 per ton.

Proyeksi Hariyanto, harga CPO di tahun ini dan tahun depan datar di US$ 1.100 per ton. Meski begitu, Hariyanto menilai kenaikan harga CPO tidak bisa menutup penurunan marjin AALI

Namun,Sedangkan Willy melihat permintaan akan CPO masih kuat, terutama di Cina, India, Timur Tengah, Eropa dan Indonesia sendiri di mana CPO umum digunakan sebagai minyak goreng. Sedangkan di Eropa CPO lebih banyak digunakan sebagai campuran biofuel.

"Harga masih tinggi dalam jangka menengah, meskipun ada kecenderungan volatile dalam jangka pendek," ramal Willy. Dia memprediksi harga CPO per tonnya sebesar US$ 950 tahun ini, dan US$ 1.000 tahun depan.

Estimasi harga CPO versi Ricardo tidak jauh berbeda, yaitu sebesar US$ 1.000 per ton, dan ada peluang untuk terkoreksi. "Jika itu terjadi, penyeabnya lebih karena produksi berlimpah," ujar dia. daripada penurunan permintaan," ujarnya.

Melihat potensi kenaikan harga CPO, Willy merekomendasikan buy AALI dengan target harga Rp 29.295 per saham berdasarkan price to earning ratio (PER) 16,1 kali dan EV/EBITDA 9,4 kali.

Ricardo juga merekomendasi buy dengan target harga Rp 27.400, mencerminkan PER 2011 15,2 kali.

Sementara Hariyanto memilih merekomendasi neutral. Berdasarkan PER 2012 15 kali, dia menetapkan target harga Rp 23.000.

Harga saham AALI kemarin Rp 22.950 per saham


Tidak ada komentar:

Posting Komentar