Kamis, 11 Agustus 2011

Dow Jones Rontok, IHSG Latah

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Bursa saham Dow Jones menjadi fokus perhatian dunia saat ini. IHSG pun ‘latah’ mengikuti pergerakannya. Padahal, fundamental ekonomi RI sangat positif bahkan berpeluang meraih investment grade awal 2012.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, baik penguatan maupun pelemahan, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sangat tergantung pada laju bursa Dow Jones. Sebab, menurutnya, Dow Jones saat ini sedang menjadi perhatian dunia.

Karena itu, imbuhnya, volatilitas indeks masih tinggi sehingga menuntut kehati-hatian dari para trader. “Untuk Kamis (11/8) ini, support IHSG ^JKSE berada di level 3.815 dan 3.945 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada sesi pertama perdagangan Kamis (11/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 31,75 poin (0,82%) ke level 3.831,829. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang melemah 5,62 poin (0,82%) ke angka 679,623.

Irwan menambahkan, data-data makro ekonomi Indonesia cenderung kuat. Yang menjadi masalah di bursa saham Indonesia adalah kelatahan pergerakan indeks. Jika Dow turun, IHSG pun tetap turun. Padahal, kondisi makro Indonesia kuat. “Bahkan, hingga akhir tahun, target sementara indeks di level 4.200-4.400. Sebab, Indonesia ada kemungkinan mencapaiinvestment grade yang rumor-nya awal 2012,” ungkap Irwan.

Tapi, Irwan menjelaskan, untuk saat ini, confirm bullish IHSG masih belum jelas. Setelah AS di-downgrade, pasar masih harus melihat apakah sudah bisa menerima kondisi AS saat ini atau apakah kondisi down trend-nya juga meningkat? “Semua itu menjadi sentimen negatif sebenarnya,” tuturnya.

Lalu, dengan komitmen The Fed untuk melonggarkan moneternya hingga pertengahan 2013, suku bunga AS akan terus murah. Tapi, ini juga belum sepenuhnya menyelesaikan masalah. “Yang ditunggu pasar adalah bagaimana langkah policy kongkrit The Fed untuk mengatasi masalah finansial AS.

Menurutnya, pasar menanti apakah The Fed akan kembali membeli surat utang pemerintah AS seperti Quantitative Easing (QE) tahap dua senilai US$600 miliar yang berakhir Juni 2011. “Atau, apakah akan ada metode baru yang bisa memulihkan pasar. Itulah yang masih ditunggu,” tuturnya. Tapi, hingga saat ini, data-data makro ekonomi AS belum menunjukkan sudah resesi. AS baru mengarah ke resesi.

Yang jelas, IHSG kemarin hanya mengalami technical rebound sementara. Jadi, setelah mengalami penurunan yang terlalu cepat dan ada perubahan di mana penurunan bursa AS tertahan, IHSG otomatis mengikutinya. “Kenaikan IHSG kemarin pun mengikuti kenaikan bursa Dow Jones sebesar 3,98% ke level 11.239,80,” paparnya.

Di sisi lain, secara teknikal, indeks juga sudah oversold karena penurunan yang terlampau tajam sehingga perlu technical rebound. “Apalagi, level buttom IHSG sudah dicapai sehingga indeks mengetes ke atas. Level buttom IHSG di level 3.590,” ucapnya.

Untuk mengkonfirmasi bullish, menurutnya, indeks harus mengetes level 4.000 sebagai level psikologis, apakah mampu dilewati dan bertahan di atas itu atau tidak. Ini menjadi level psikologis penentuan. ”Tapi, jika dilihat dari posisi Maret 2009, IHSG masih bullish sejak indeks mulai rally setelah krisis 2008,” ungkapnya.

Memang, lanjut Irwan, indeks sempat mendekati level support-nya, 3.600, tapi, pada Rabu (10/8) indeks menguat signfikan 128,46 poin (3,44%) ke level 3.863,576. Seharusnya, indeks melanjutkan penguatan Kamis (11/8) ini. “Tapi, karena Dow Jones rontok 519,83 poin (4,62%) ke level 10.719,9, IHSG hari ini lebih berpeluang koreksi,” ucapnya.

Di atas semua itu, dia merekomendasikan positif saham-saham bluechips di sektor perbankan seperti PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI).

Lalu, PT Indofood Sukses Makmur (INDF) yang penurunannya terbatas saat IHSG rontok, tapi kenaikannya justru sudah mendekati area tertingginya dalam sejarah. “Saham ini terdongkrak karena rumor laporan keuangan yang bakal mencatatkan laba hingga 100% akhir Agustus ini,” ujarnya. “Momentum ini bisa dimanfaatkan.”

Dia juga merekomendasikan saham PT AKR Corporindo (AKRA) seiring rencana dividen sebesar Rp200 per saham pada 22 Agustus. Ini jadi sentimen positif bagi trader. Lalu, secara grafik, saham PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) juga menarik. “Saham ini, berpeluang menutup gap-nya. Begitu juga dengan saham-saham lain yang memiliki gap down dan likuid,” imbuhnya.

Menurutnya, saham-saham semacam ini cukup baik jadi sasaran untuk trading. Sebab, banyak saham yang mengalami gap down saat market anjlok. “Saya rekomendasikan trading-hold dan jual dalam 1-3 hari saham-saham tersebut,” tutur Irwan. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar