Kamis, 11 Agustus 2011

INTP sudah gunakan US$ 30 juta untuk ekspansi

INTP sudah gunakan US$ 30 juta untuk ekspansi
JAKARTA. Sepanjang semester I-2011, PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) sudah menggunakan belanja modal senilai US$ 30 juta.

Sebagian dari capital expenditure (capex) digunakan untuk membiayai perawatan mesin pengolah semen. INTP juga menggunakan capex untuk meningkatkan kapasitas produksi di pabrik yang berada di Cirebon, Jawa Barat sebesar 1,5 juta ton.

Direktur Utama INTP, Daniel Lavalle menuturkan, kebutuhan capex emiten itu hingga akhir tahun ini kemungkinan akan lebih tinggi daripada pengeluaran tahun lalu, US$ 60 juta-US$ 70 juta. "Tahun ini, kebutuhan capex kami kemungkinan sebesar US$ 100 juta," ujar Daniel di Jakarta, Rabu (10/8).

Peningkatan kebutuhan dana tersebut beriringan dengan program ekspansi produksi perseroan. Setelah meningkatkan kapasitas pabrik di Cirebon, INTP bakal kembali membangun pabrik di Citeureup, Bogor. Pabrik yang bakal berkapasitas 2 juta ton semen per tahun itu, rencananya bakal mulai dibangun pada semester II tahun ini. Nilai pembangunan pabrik diestimasi US$ 60 per ton.

Daniel bilang, seluruh kebutuhan capex dipenuhi oleh kas internal. Produsen semen itu belum berniat mengajukan pinjaman kepada pihak ketiga maupun menerbitkan saham baru guna menutupi kebutuhan capex itu.

Sementara itu, dari sisi proyeksi kinerja di semester II-2011, INTP enggan terlalu muluk. Manajemen menargetkan pendapatan dan laba bersih semester II tahun ini sama dengan perolehan semester I.

Sepanjang semester I-2011, INTP mencetak pendapatan bersih Rp 6,33 triliun, meningkat 18,12% daripada pendapatan di periode yang sama tahun lalu. Namun laba bersih hanya naik 5,38% year-on-year menjadi Rp 1,73 triliun.

Laba bersih INTP tidak berlari secepat pendapatan karena biaya produksi meningkat. Akibatnya, margin INTP pun berjalan lebih pelan. Biaya yang naik di tahun ini seperti biaya energi.

Pendapatan INTP di semester I meningkat, mengiringi kenaikan penjualan segmen semen, sebesar 15,53% menjadi Rp 6,02 triliun. Segmen semen beton siap pakai atau ready-mix concrete tumbuh lebih tinggi lagi, yaitu 111,75%, menjadi Rp 601,59 miliar.

Namun, segmen ekspor justru menurun sekitar 26,55%. Daniel menjelaskan, harga semen ekspor INTP kalah kompetitif ketimbang semen-semen dari Eropa yang menggunakan energi terbarukan seperti bioenergi sehingga lebih efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar