Kamis, 11 Agustus 2011

Pasar Cemaskan Pertumbuhan & Utang Global

Medium
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah melemah meski IHSG sukses mendarat pada teritori positif. Kekhawatiran pasar masih bertahan pada perlambatan ekonomi global dan krisis utang dunia.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh pasar yang tekonsolidasi setelah minat atas aset-aset berisiko melambung akibat kerontokan bursa Dow Jones. Hanya saja, sentimennya masih rapuh sehingga market tampak bergerak kurang menentu.

Rapuhnya sentimen, lanjut Christian, karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dan krisis utang global masih bertahan. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.555 dan 8.538 sebagai level terkuatnya dibandingkan posisi pembukaan di angka 8.547 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (11/8).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (11/8) ditutup melemah 24 poin (0,28%) ke level 8.544/8.554 per dolar AS dari posisi kemarin 8.520/8.530.

Lebih jauh, Christian menjelaskan, dari kawasan Eropa terjadi ketakutan penyebaran krisis selain ke Italia dan Spanyol, juga menjalar ke Perancis. "Gubernur Bank Sentral Perancis mengadakan rapat mendadak untuk membahas ketegangan pasar ini," ungkapnya.

Ketegangan tersebut terutama, tampak pada kenaikan biaya jaminan default. Biaya jaminan untuk default Perancis, meroket ke atas 4%. Sedangkan Italia dan Spayol saja yield-nya masih bertahan di atas 5%.

Kenaikan yield Perancis, lanjutnya, dipicu oleh kerugian bank-bank Perancis seperti Societe Generale dan BNP Paribas terkait dengan krisis yang terjadi di Yunani. “Mungkin mereka memiliki exposure yang cukup besar pada aset-aset beracun," imbuh Christian.

Kondisi itu, lanjut Christian, terindikasi juga dari kenaikan harga emas ke atas US$1.800 per troy ounce untuk kali pertama dalam sejarah. "Emas juga menjadi indikator ketegangan pasar. Lalu, Perancis memperbarui program pengurangan defisitisnya sehingga sedikit menenangkan pasar," tuturnya.

Alhasil, dolar AS masih melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS turun 0,21% ke level 74,60. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4234 dari posisi sebelumnya US$1,4161 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, analis Panin Securities Purwoko Sartono mengatakan, tipisnya penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) 5,79 poin (0,15%) ke level 3.869,365 dipicu oleh kerontokan bursa Dow Jones semalam sebesar 519,83 poin (4,62%) ke level 10.719,9. “Karena itu, hingga penutupan indeks domestik mendapat tekanan negatif,” ujarnya.

Hanya saja, lanjut Purwoko, hingga penutupan indeks berhasil menguat tipis. Sebab, indeks bisa melaju ke atas 3.850. “Kepanikan pasar domestik sudah terjadi sejak bursa Dow Jones rontok di atas 500 poin dua hari lalu,” paparnya. “Karena kepanikan sudah terdiskon, IHSG berhasil mendarat di teritori positif meski Dow Jones rontok di atas 500 poin semalam.”

Kerontokkan bursa Dow Jones, lanjutnya, dipicu oleh sentiment negatif dari eksternal yakni kekhawatiran pasar atas penyebaran krisis utang Uni Eropa. Yang jadi fokus perhatian pasar saat ini adalah Perancis.

Menurutnya, pasar khawatir terhadap permasalahan yang mungkin membebani perbankan Perancis sebagai pemegang kepemilikan surat utang zona Euro dalam jumlah besar. “Sementara itu, dari internal tidak ada hal-hal yang berpengaruh negatif pada pergerakan bursa saham,” tandasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar