Jumat, 19 Agustus 2011

Koreksi, Cermati Saham Bank dan Konsumer

INILAH.COM, Jakarta – Koreksi IHSG diperkirakan akan berlanjut hingga penutupan nanti. Saham yang sudah terkoreksi dan terkait faktor suku bunga di sektor perbankan, konsumsi dan grup Astra bisa jadi pilihan.

Pada sesi pertama perdagangan Jumat (19/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam 110,92 poin (2,76%) ke level 3.910,072. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 22,40poin (3,13%) ke angka 692,936.
Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,981 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 2,401 miliar. Sementara itu, nilai transaksi mencapai Rp2,535 triliun di pasar reguler dan total Rp2,884 triliun dan frekuensi 61.164 kali. Hanya sebanyak 21 saham menguat, sedangkan 244 saham melemah dan 38 saham stagnan.
Pelemahan indeks sesi pertama, juga diwarnai aksi jual asing yang mencatatkan transaksi nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp728,97 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp720,1 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp1,449 triliun.
Semua sektor saham kompak mendukung pelemahan indeks. Saham sektor aneka industri memimpin koreksi 4,54%, disusul properti 3,15%, keuangan 3,06%, manufaktur 2,94%, pertambangan 2,84%, perkebunan 2,69%, industri dasar 2,43%, infrastruktur 2,01%, perdagangan 2% dan konsumsi 1,90%.
Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah memperkirakan, indeks saham domestik akan melemah hingga penutupan sore nanti. “Indeks mengarah ke level support 3.900 dan 4.050 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (19/8).

Menurutnya, pelemahan indeks hari ini, salah satunya dipicu oleh pergerakan IHSG yang kemarin anomali. Indeks menguat di tengah kerontokan bursa regional. “Karena itu, hari ini indeks domestik tidak tahan dari terpaan bursa regional sehingga melemah mendekati 3%,” ujar Cece.

Pasalnya, bursa Dow Jones ditutup turun di atas 400 poin semalam. Begitu juga dengan bursa Eropa yang anjok di atas 4%. Kondisi itu, dipicu oleh kekhawatiran pasar krisis keuangan terutama pada bank-bank besar di Eropa yang kekurangan likuiditas. European Cenral Bank (ECB) bahkan melaporkan, ada sebuah bank di kawasan itu yang meminjam hingga US$500 juta dalam satu pekan.

Buruknya kondisi likuiditas di Perancis, ditegaskan Cece, dikhawatirkan menyebar ke beberapa negara Eropa yang lain. Yang jadi masalah adalah kesehatan banknya berupa ketidakmampuan untuk membayar utangnya dan tidak bisa memenuhi permintaan dana masyarakat. “Ini akan memicu crash seperti yang terjadi di Indonesia tahun 1998,” imbuhnya.

Menurutnya, orang akan berbondong-bodong menarik dananya dari bank sehingga bank otomatis terkuras likuiditasnya. Itulah yang memicu pelemahan bursa AS dan Eropa sehingga merembet ke bursa-bursa di Asia termasuk IHSG. Tapi, Cece memperkirakan, pelemahan bursa di Asia tidak akan separah AS dan Eropa. “Paling-paling, koreksinya 2-3%,” ujarnya. “Untuk IHSG sendiri bisa saja hanya melemah 1%.”

Karena itu, dia menegaskan, kejadian IHSG menguat di tengah koreksi global akan susah terjadi hari ini. Tapi, bukan berarti pasar harus panic selling. Meskipun, harga minyak mentah dunia turun ke level US$81 per barel. Nikel dan Crude Palm Oil (CPO) pun ikut turun. “Jadi, laju indeks terimbas faktor regional,” paparnya.

Cece menggarisbawahi, permasalahan market saat ini terletak pada Eropa. Menurutnya, pasar harus mencermati pembukan bursa Eropa, pada saat pembukaan IHSG sesi dua dan sesi pertama di Eropa. “Pergerakan bursa Eropa sebagai kunci trading hari ini,” paparnya.

Dalam situasi ini, Cece merekomendasikan positif saham-saham yang sudah turun 5% dan terkait faktor suku bunga di sektor perbankan dan konsumsi. Apalagi, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,75%.

Saham-saham pilihannya adalah PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Lalu, PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF). “Saya rekomendasikan buy on support saham-saham tersebut pada level support kedua,” imbuhnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar