Rabu, 13 Juli 2011

Kekhawatiran akan tekanan inflasi China memudar, bursa Asia kompak menguat

Kekhawatiran akan tekanan inflasi China memudar, bursa Asia kompak menguat
TOKYO. Bursa saham Asia kompak menguat setelah China merilis pertumbuhan ekonominya melambat di kuartal kedua. Perlambatan tersebut mengurangi kekhawatiran pasar terhadap tekanan inflasi di China. Pasar regional juga naik karena investor mempertimbangkan upaya Uni Eropa untuk menahan krisis utang Eropa.

Indeks MSCI Asia Pasifik melaju 0,6% ke 135,25, pada pukul 12.21 di Tokyo. Setiap dua saham naik berbanding satu yang melemah. Indeks Nikkei 225 menguat 0,46%, Kospi maju 0,74%, Hang Seng reli 0,95%, dan indeks Shanghai naik 1,2%. Reli juga terjadi di IHSG sebesar 0,59%, dan S&P/ASX 200 melaju 0,55%, hingga pukul 11.16 WIB.

Sebelumnya, Uni Eropa telah menyetujui proposal roll over utang Yunani untuk menghindari gagal bayar. Sementara, hari ini, badan statistik China baru saja merilis produk domestik bruto tumbuh 9,5% di kuartal kedua, setelah naik 9,7% di kuartal sebelumnya.

Analis AMP Capital Investors Ltd. Nader Naeimi menyebut, angka-angka tersebut menunjukkan China berusaha mendinginkan ekonomi untuk menghindari tekanan keras pada perekonomiannya.
"Fakta pertumbuhan yang melunak juga memungkinkan pihak berwenang untuk mengurangi langkah pengetatan moneter lebih lanjut," ujarnya.

Saham China Construction Bank Corp. naik 2,9% di Hong Kong di tengah spekulasi bank sentral akan segera menghentikan kenaikan suku bunga seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sementara, Mitsubishi Corpreli 1,6% di Tokyo setelah Credit Suisse menetapkan peringkat overweight untuk sektor ini. Reli juga dialami saham produsen emas terbesar di Australia, Newcrest Mining Ltd. yang melaju 1,5%n setelah harga logam mulia naik ke level rekor.

Prasad Patkar dari Platypus Asset Management menyebut, setiap bukti soft landing di China disambut baik oleh pasar. "Ada komitmen yang solid di seluruh dunia untuk melihat bahwa situasi Eropa tidak membawa ekonomi kembali ke masa-masa krisis keuangan global 2008 silam," imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar