Rabu, 13 Juli 2011

Perbankan Eropa Ancang-ancang Skenario Terburuk

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah dan IHSG sama-sama menguat. Tapi, keseluruhan sentimen masih rapuh. Perbankan Eropa justru ancang-ancang menghadapi skenario terburuk jelang pengumuman hasil stress test perbankan kawasan itu.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, sentimen secara keseluruhan di pasar finansial masih rapuh. Sebab, perbankan Eropa masih bersikap defensif. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya dana deposit perbankan Eropa yang disimpan di European Central Bank (ECB).

Kondisi itu, lanjutnya, mencerminkan bahwa perbankan Eropa masih enggan meminjamkan dana untuk kredit. Bahkan, untuk pinjaman jangka pendek sekalipun. “Padahal, hasil stress test perbankan Uni Eropa baru akan dirilis Minggu (17/7),” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (13/7).

Tapi, lanjutnya, pihak perbankan Eropa sudah mempersiapkan skenario terburuk. "Sebab, jumlah parkiran dana (deposit) perbankan di ECB naik menjadi 90,5 miliar euro dari sehari sebelumnya 65,7 miliar euro," ucapnya.

Sementara itu, penguatan rupiah hari ini salah satunya dipicu oleh petinggi Luxemburg yang berhasil meyakinkan investor, bahwa tidak akan akan default di Uni Eropa. Petinggi Luxemburg merupakan salah satu dari peserta pertemuan pada The Economic and Financial Affairs Council (Ecofin), Senin (11/7) di Brussel.

Para Menteri Keuangan Eropa juga mengagendakan pertemuan kembali Jumat (15/7). Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terkuatnya 8.541 dan 8.564 sebagai level terlemahnya. Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (13/7) ditutup menguat 29 poin (0,33%) ke level 8.544/8.554 per dolar AS dari posisi kemarin 8.573/8.583.

Menurut Christian, rupiah kembali ke zona netral untuk melanjutkan konsolidasinya dan pasar kembali stabil. Di sisi lain, penguatan rupiah juga didukung oleh data pertumbuhan China yang yang dirilis di luar perkiraan naik ke angka 9,5% di kuartal II/2011. "Padahal, sebelumnya diekspektasikan pasar hanya naik 9%," paparnya.

Pasar melihat, mata uang negara yang tidak terkait dengan krisis utang Uni Eropa akan terapresiasi termasuk rupiah. Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4080 dari sebelumnya US$1,3970 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 42,83 poin (1,09%) ke level 3.980,845 dipicu oleh positifnya pergerakan bursa regional Asia terutama Nikkei dan Hang Seng yang kembali technical rebound setelah turun tajam.

Sekarang, lanjut Satrio, positifnya pergerakan IHSG hari ini sudah mengubah tren koreksi menjadi flat. Sebab, indeks ditutup di atas resistance 3.970. Artinya, tren naik jangka pendek berakhir dan tren indeks akan bergerak datar. “Untuk kembali bullish, indeks harus ditutup dan menembus resistance 4.005 sebagai rekor IHSG,” paparnya.

Di sisi lain, permasalahan krisis utang di Eropa belum selesai. Bailout untuk Yunani saja belum usai, isu krisis utang Uni Eropa kembali melebar ke Italia dan Spanyol yang merupakan negara ketiga dan keempat terbesar di Uni Eropa. “Diharapkan memang dampaknya tidak sebesar yang dikhawatirkan,” imbuhnya. Tapi, apakah krisis utang Eropa sudah dianggap selesai, pasar masih harus melihat perkembangannya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar