Rabu, 13 Juli 2011

Sentimen Luxemburg-China Kuatkan Rupiah 29 Poin

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (13/7) ditutup menguat 29 poin (0,33%) ke level 8.544/8.554 per dolar AS dari posisi kemarin 8.573/8.583.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah hari ini, salah satunya dipicu oleh petinggi Luxemburg yang bisa meyakinkan investor, bahwa tidak akan akan default di Uni Eropa. Petinggi Luxemburg merupakan salah satu dari peserta pertemuan pada The Economic and Financial Affairs Council (Ecofin), Senin (11/7) di Brussel.

Para Menteri Keuanga Eropa juga mengandekan pertemuan kembali pada Jumat (15/7). "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terkuatnya 8.541 dan 8.564 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (13/7).

Menurut Christian, rupiah kembali ke zona netral untuk melanjutkan konsolidasinya dan pasar kembali stabil. Di sisi lain, penguatan rupiah juga didukung oleh data pertumbuhan China yang yang dirilis di luar perkiraan naik ke angka 9,5% di kuartal II/2011. "Padahal, sebelumnya diekspektasikan pasar hanya naik 9%," paparnya.

Karena itu, lanjut Christian, pasar melihat, mata uang negara yang tidak terkait dengan krisis utang Uni Eropa akan terapresiasi termasuk rupiah.

Hanya saja, sentimen secara keseluruhan masih rapuh. Sebab, perbankan Eropa sendiri masih bersikap defensif. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnaya dana deposit perbankan Eropa yang disimpan di European Central Bank (ECB). Kondisi itu mencerminkan, perbankan Eropa masih enggan meminjamkan dana untuk kredit. "Bahkan, untuk pinjaman jangka pendek sekalipun," timpal Christian.

Padahal, ditegaskan Christian, hasil stress terst perbankan Uni Eropa baru akan dirilis Minggu (17/7). Tapi, pihak perbankan Eropa sudah mempersiapkan skenario terburuk. "Sebab, jumlah parkiran dana (deposit) perbankan di ECB naik menjadi 90,5 miliar euro dari sehari sebelumnya 65,7 miliar euro," ucapnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4080 dari sebelumnya US$1,3970 per euro," imbuh Christian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar