Kamis, 04 Agustus 2011

Fenomena Kenaikan Harga Properti Cuma Trik Marketing, Bukan Bubble

Jakarta - Pasar properti Tanah Air belakangan ini dihebohkan dengan kata bubble (gelembung) sampai-sampai membuat pemerintah galau. Salah satu yang mencolok adalah soal gelembung kenaikan harga rumah dan apartemen yang mencapai 30% selama 6 bulan pertama 2011.

"Itu hanya trik marketing bukan sebagai bubble, yang ada sebagian marketing melakukan itu," kata Presiden Federation Internationals des Administrateurs de Bien-Conselis Immobiliers (FIABCI) Asia Pasifik, Teguh Satria kepada detikFinance, Rabu malam (3/8/2011). FIABCI merupakan kumpulan pengembang properti se-Asia Pasifik.

Ia mengatakan kenaikan harga properti belakangan ini di Tanah Air masih dalam konteks 'kenaikan' harga riil. Ia mendeskripsikan, para tim marketing pengembang biasanya melakukan penawaran harga diskon hingga sampai 30% diawal-awal membangun sebuah kawasan. Biasanya harga properti yang diberikan diskon saat pameran atau peluncuran produk adalah lokasi-lokasi paling belakang dengan jumlah terbatas.

"Biasanya saat launching ada diskon 30% diberikan bagian belakang, setelah itu baru bagian depan dijual belakangan, sehingga hargaya terkesan naik," katanya.

Ia menegaskan 'kenaikan' harga properti ini hanya berlaku pada pengembang properti tertentu saja, dan tak berlaku untuk semua pengembang. Sehingga menurutnya kata bubble sektor properti di dalam negeri masih sangat jauh.

Bila melihat kinerja keungan para pengembang properti semester I-2011, mereka tengah menikmati panen untung karena banyak pengembang mencatat kinerja kenaikan laba yang signifikan.

Para emiten properti yang mencatatkan sahamnya di pasar modal pun telah menikmati kenaikan keuntungan bersih rata-rata 105,49% sepanjang semester I-2011. Misalnya PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Anak usaha Grup Lippo ini mencatat pertumbuhan laba bersih 193,81% menjadi Rp 98,49 miliar hingga Juni 2011.

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang mencatat kenaikan laba 148,54% dari Rp 182,54 miliar di semester I-2010 menjadi Rp 435,69 miliar di semester I-2011. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). Mereka mencatat laba bersih Rp 289,92 miliar, naik 133,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 124,09 miliar.

Masalah bubble sektor properti sebelumnya sempat dikhawatirkan oleh menteri keuangan Agus Martowardojo. Mantan Dirut Bank Mandiri itu menyampaikan, pemerintah menyatakan terus meningkatkan kewaspadaannya mengenai ancaman 'gelembung ekonomi' alias bubble seiring derasnya modal masuk. Salah satu yang diwaspadai yakni sektor properti yang ternyata mengalami sedikit gejolak harga.

(hen/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar