Rabu, 24 Agustus 2011

SMCB memperluas pasar dengan menekan margin

SMCB memperluas pasar dengan menekan margin
JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) menjadi juara di semester pertama. Di antara emiten semen, SMCB mencetak pertumbuhan tahunan tertinggi dibandingkan dua pesaingnya, PT Semen Gresik Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP). Penjualan dan laba bersih SMCB masing-masing meningkat 24,1% dan 23,4%.

Kendati masih kalah dibanding market share kedua kompetitornya, pangsa pasar SMCB beringsut naik. Per akhir Juni 2011 menjadi 15,5% dari 13,7% di akhir semester satu tahun lalu.

Menurut Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities dan Chandra S. Pasaribu, analis Danareksa Sekuritas, SMCB tumbuh tinggi karena mempertahankan harga jual. Sedang SMGR dan INTP menaikkan harga, mengikuti peningkatan biaya produksi.

Chandra berpendapat, SMCB telah mengorbankan margin untuk merebut pangsa pasar. Dia mencatat laba sebelum depresiasi dan amortisasi (EBITDA) SMCB di paruh satu 2011 sebesar 28,9%, turun dari 31,0%, tahun lalu.

Pabrik baru

Chandra menilai strategi menahan harga bisa menyulitkan SMCB karena harus menggenjot volume penjualan untuk mencetak laba. Dia memperkirakan, volume produksi SMCB mencapai 7,9 juta ton per tahun, dari kapasitas 8,5 juta ton per tahun.

Budi punya pendapat berbeda. "Saya belum melihat margin menjadi kendala," ujar Budi, Selasa (23/8). Berdasar catatan Budi, level margin laba kotor, margin laba operasi, dan margin laba bersih SMCB relatif stabil. Masing-masing besarnya 35,2%, 20,5%, dan 12,9% di semester satu. Budi memprediksi SMCB akan mempertahankan harga jualnya sampai akhir tahun.

Saat ini, SMCB membangun pabrik di Tuban berkapasitas 1,7 juta ton per tahun, Jawa Timur untuk melengkapi pabrik yang sudah ada di Narogong, Jawa Barat serta Cilacap, Jawa Tengah.

Chandra khawatir, pertumbuhan SMCB dalam dua tahun mendatang, masih terbatas mengingat pabrik baru dijadwalkan beroperasi 2013. Namun, Budi lebih optimistis. "Utilisasi SMCB masih bisa ditingkatkan,," kata dia.

Menurut Octavius Oky Prakarsa, analis Mandiri Sekuritas, SMCB masih diuntungkan oleh permintaan semen nasional yang diperkirakan naik 7,5% tahun ini. Wilayah penjualan SMCB yaitu Jakarta dan Jawa Barat, merupakan pusat pertumbuhan semen curah. Jenis ini diprediksi mendominasi penjualan SMCB.

Octavius juga menilai positif penetrasi SMCB ke pasar luar Jawa, antara lain di Batam dan Riau, dengan membangun silo alias tempat penampungan semen. Dia mencatat pertumbuhan penjualan semen di Pulau Sumatra tumbuh tinggi, hampir separuh di atas tahun lalu.

Ketiga analis sepakat memberi rekomendasi buy untuk SMCB. Budi dan Octavius menetapkan target harga serupa, Rp 2.500 per saham.

Asumsi Budi, pendapatan SMCB tahun ini tumbuh 16,4%. Kalkulasi Octavius, target harga itu mencerminkan price to earning ratio (PER) dan rasio EV/EBITDA 2012 masing-masing 13,7 dan 7,6 kali.

Target harga Chandra untuk SMCB Rp 2.400 per saham berdasar PER akhir 2012 sebesar 17,9 kali. Harga SMCB, pada Selasa (23/8), naik 0,51% menjadi Rp 1.960 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar