Senin, 08 Agustus 2011

Down Grade AS Sudah Basi Bagi IHSG

INILAH.COM, Jakarta – IHSG pekan ini masih berpotensi turun ke level psikologis 3.800 sebagai jawaban atas rally-rally konsisten sejak pertengahan Juni. Sementara itu, down grade AS sudah terfaktorkan.

Pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan, IHSG pekan ini masih punya potensi untuk turun kembali melanjutkan penurunan Jumat (5/8) pekan lalu. Secara teknikal, potensi penurunan akan berakhir di sekitar level psikologis 2 (dua) bulan lalu.

Menurutnya, level penurunan tersebut juga terbentuk dalam trading range selama 3 bulan dari April hingga Juni yakni di sekitar 3.800. “Indeks pekan ini akan bergerak dalam kisaran support 3.700 dan resistance 3.950,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (7/8).

Pada perdagangan Jumat (5/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ^JKSE) ditutup rontok 200,44 poin (4,86%) ke level 3.921,643. Harga intraday tertingginya 4.119,88 dan terendah 3.866,7. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang anjlok 36,81 poin (5,04%) ke angka 693,293.

Menurut David, volatilitas indeks pekan ini masih besar. Karena itu, trading range pun masih terbuka lebar. Pasalnya, akhir pekan lalu, trading range mencapai sekitar 250 poin dengan volume yang signifikan dalam satu hari. “Itu pada Jumat (5/8) yang nota bene jam perdagangannya lebih pendek,” ujar David.

Dia menegaskan, di area 3.700-3.800, investor boleh masuk (re-entry the market) dengan cukup percaya diri (confidence). “Penurunan yang terjadi saat ini adalah sangat beralasan teknis saja, yaitu menjawab kenaikan (rally-rally konsisten sebelumnya) sejak pertengahan Juni,” paparnya.

Karena itu, lanjutnya, penurunan ini sudah seperti yang diekspektasikan sebelumnya, bahwa di atas 4.150 market saat ini sudah overbought secara teknikal dan overvalued secara fundamental. “Maka, dari 2 aspek tersebut, wajarlah terjadi penurunan ekstrim tersebut,” tuturnya.

Hanya saja, penurunan itu ‘juga kebetulan' bersamaan dengan semakin menjadi-jadinya ‘berita’ tentang AS dan Eropa. Padahal, jika dilihat lebih jauh, berita tersebut notabene sudah agak basi. “Krisis AS dan Eropa tidak terlalu memprihatinkan, khususnya bagi pasar modal Indonesia,” ungkap David.

Di antaranya, faktor lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's Rating Service (S&P) yang menurunkan rating utang AS menjadi AA+ dari AAA. Menurutnya, downgrade ini sudah terfaktorkan di market terlebih dahulu. “Jadi harusnya tidak menjadi masalah yang besar, karena memang sudah diekspektasikan akan terjadi,” tuturnya.

Juga, lanjutnya, memang Agustus ini sudah diproyeksikan akan terjadi penurunan yang sifatnya siklikal dan terjadi koreksi juga secara fundamental. Pasalnya, bulan ini merupakan momentum ketika semua laporan keuangan dan data makro ekonomi baik internasional maupun domestik sudah terfaktorkan (implied) dalam valuasi market. “Jadi penurunan yang terjadi, tidak perlu ditanggapi secara berlebihan,” paparnya.

Secara teknis, menurut David, penurunan itu dapat dikatakan profit taking dan juga sebagian karena beberapa investor/trader terkena margin (force sell). “Sudah saatnya berburu kembali saham-saham yang koreksi, saat IHSG berada di sekitar 3.700-3.800. Sebab, kisaran level tersebut sudah dapat dikatakan sebagai valuasi wajarnya (fairly valued),” ungkapnya.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Internasional (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bumi Resources (BUMI), PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP), PT Indo Tambang Raya (ITMG) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS).

Dia merekomendasikan, buy on weakness saham-saham tersebut. Sebab, valuasi ekonomi makro dan valuasi per emiten secara umum relatif baik, tidak ada masalah. “No problem, don’t panic... jangan panic selling, hanya buy on weakness,” tandasnya.

Dia menyarankan, agar pasar memanfaatkan momentum koreksi IHSG ini untuk balik ke market (re-entry the market) tanpa menggunakan margin terlebih dahulu. “Buy on weakness bertahap. Kondisi saat ini jauh lebih baik dari 1998 maupun 2008,” imbuh David. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar