Senin, 08 Agustus 2011

Analis: IHSG masih akan tertekan pekan ini, namun uptrend dalam jangka panjang

JAKARTA. Bursa saham global berdarah-darah. Tak terkecuali bursa dalam negeri. Dalam sepekan kemarin, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mengalami penurunan sebesar 209,15 point (5,06%) dan ditutup di level 3.921,64. Sekadar mengingatkan, pada penutupan minggu sebelumnya, indeks berada di posisi 4.130,8.

Pengamat pasar modal Jimmy Dimas Wahyu mencatat, ada beberapa hal yang terjadi selama sepekan baik dari faktor eksternal maupun internal. Salah satu faktor eksternal diantaranya Senat AS menyetujui rencana kenaikan limit hutang di negara tersebut dengan suara yang menyetujui sebesar 74-26. "Melalui persetujuan ini, Senat menyetujui pula kenaikan limit hutang menjadi US$ 14,3 trilyun. Seiring dengan persetujuan ini, lembaga pemeringkat dunia Moody’s tetap mempertahankan rating AAA untuk Amerika Serikat namun dengan outlook negatif," jelasnya.

Kedua, data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan penurunan 4,4 point di 50,9% selama bulan Juli. Data ini lebih rendah dari estimasi sebesar 54,3%. Demikian pula terjadi penurunan tehadap indeks pada sektor layanan menjadi 52,7% dari 53.3% selama bulan Juli dari estimasi sebesar 53,5%.

Ketiga, Departemen Perdagangan AS merilis data consumer spending yang menunjukkan penurunan 0,2% pada bulan Juni dan merupakan pertama kali sejak bulan September 2009 setelah naik 0,1% pada Mei lalu.

Keempat, data private sector menunjukkan adanya peningkatan sebesar 114.000 di bulan Juli berdasarkan laporan yang dirilis oleh ADP. Data ini lebih tinggi dari estimasi sebesar 85.000.

Kelima, Presiden European Central Bank (ECB) menyatakan pembelian surat hutang pemerintah sebagai tindakan atas kekhawatiran terhadap krisis hutang yang melanda di Eropa termasuk Italia dan Spanyol. Pernyataan ini menyebabkan jatuhnya saham di Eropa terendah selama 13 bulan terakhir yang kuatir akan adanya perkembangan krisis di kawasan tersebut.

Bagaimana dengan faktor internal? Jimmy mengulas beberapa diantaranya. Misalnya saja, inflasi Indonesia bulan Juli 2011 sebesar 0,67%. "Inflasi ini dipicu oleh kenaikan bahan makanan. Dengan demikian, inflasi Indonesia sejak Januari sampai dengan Juli sebesar 1,74% sedangkan laju inflasi year on year sebesar 4,61%.

Lalu, cadangan Devisa Indonesia pada bulan Juli menunjukkan peningkatan menjadi US$ 122,67 juta dari sebelumnya US$ 119,65 juta pada bulan Juni lalu. Sementara, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia selama bulan Juli yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) meningkat ke level 111,8 lebih tinggi 2,8 poin dari bulan sebelumnya.

Prediksi pekan ini

Namun, dia menilai, koreksi yang terjadi selama sepekan lalu pada IHSG disebabkan oleh faktor global dan panic selling yang dilakukan oleh investor. "Sebagian ada pula faktor aksi profit taking, mengingat pada analisa saya sebelumnya mengingatkan bahwa IHSG pada level 4.200 menunjukkan resiko lebih besar dari reward secara jangka pendek," urainya. Jimmy optimistis, IHSG masih mengalami uptrend secara jangka panjang mengingat fundamental Indonesia yang sangat baik. Hal ini dapat digunakan investor untuk mulai akumulasi secara bertahap pada saham-saham unggulan yang sudah murah.

Jimmy menambahkan, pergerakan IHSG pada minggu kedua Agustus masih akan mengalami tekanan. "Hal ini ditunjukkan dengan penurunan indeks AS Dow Jones sebesar 513 point pada akhir pekan yang merupakan penurunan terburuk sejak 2008. Belum lagi penurunan rating yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat dunia S&P untuk pertama kalinya dalam sejarah AS menjadi AA+ dengan outlook stabil dari sebelumnya AAA sejak 1917," paparnya.

Dia memprediksi, IHSG akan diperdagangkan pada level 3.864,67-3.942,89 dan mencoba kembali bertengger di atas level 4.000. "Koreksi maksimal IHSG berada pada level IHSG berada pada level 3.690-3.790.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar