Senin, 08 Agustus 2011

Adu strategi menyalurkan kredit

Adu strategi menyalurkan kredit
JAKARTA. Laju inflasi yang terkendali dan tingkat suku bunga yang dipertahankan di level rendah mendukung sektor perbankan mencatat kinerja ciamik selama paruh pertamatahun ini. Secara keseluruhan, perbankan berhasil menggenjot penyaluran kredit dan menangguk laba besar.

Berdasarkan catatan analis Samuel Sekuritas Joseph Pangaribuan, dari awal tahun hingga akhir Juni 2011, kredit bank tumbuh 10%. Sedangkan secara tahunan kredit sudah tumbuh 23%.

Dia pun meramal kredit perbankan akan mengucur lebih deras di semester dua. Meski pertumbuhan secara tahunan sekitar 23%, nilainya lebih besar dibandingkan semester satu. "Pencairan proyek infrastruktur pemerintah lebih banyak di semester dua," kata Joseph kepada KONTAN, Jumat (5/8) lalu.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang tercatat sebagai bank dengan nilai aset terbanyak menyalurkan kredit selama semester satu senilai
Rp 273,10 triliun atau tumbuh 26,3%. Namun, laba bersih tertinggi justru dicetak oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai
Rp 6,79 triliun. Pencapaian ini ditopang net interest margin (NIM) 9,9%. BBRI masih mengandalkan kredit mikro sebagai lini bisnis utamanya.

Menurut AG Pahlevi, analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas, rasio kredit mikro bermasalah atau non performing loan (NPL) lebih rendah dibandingkan segmen lain. Joseph menambahkan, kredit mikro lebih menguntungkan karena imbal hasilnya tinggi. Imbasnya, bank bisa memupuk rasio kecukupan modal (CAR) lebih baik.

Di lain pihak BMRI, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berebut pasar kredit korporasi skala menengah hingga besar, serta konsumen. NIM ketiga bank itu berkisar 5%.

Kenaikan BI rate

Tantangan sektor perbankan semester dua ini adalah kemungkinan kenaikan suku bunga acuan BI rate. Kredit korporasi diperkirakan lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga itu. "Perusahaan lebih memilih obligasi ( buat pendanaan)," kata Pahlevi.

Jika ini terjadi, posisi BBCA paling terancam. Sebab, dua kompetitor utamanya, yakni BMRI dan BBNI yang merupakan bank BUMN, bisa saling mengandalkan dalam menyalurkan kredit.

Meski begitu, bukan berarti BBCA tidak memiliki potensi tumbuh. Berdasarkan riset Batavia Prosperindo Sekuritas, BBCA memiliki dana murah atau current account saving account (CASA) tertinggi di antara bank lain. Ini memungkinkan bank ini menekan biaya dana dan lebih kompetitif menawarkan bunga kredit.

Sedangkan strategi BBNI, fokus meningkatkan kualitas kredit dengan menjaga pertumbuhan kredit di level 17%-20% di semester dua. Nilai ini sejatinya turun dibanding pertumbuhan semester satu yang sebesar 21%. Namun, NPL BBNI sudah turun jadi 4,0% di akhir kuartal dua dibanding 4,1% di kuartal I-2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar