Senin, 08 Agustus 2011

KAEF tingkatkan produksi yodium

KAEF tingkatkan produksi yodium
JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menggandeng Mitsui Grup buat meningkatkan kapasitas produksi yodium. Kerjasama ini diawali dengan proyek riset bersama pengelolaan limbah cair hasil penyulingan yodium.

Direktur Utama KAEF Syamsul Arifin menuturkan, riset akan mulai berjalan Agustus ini dan diharapkan rampung akhir 2011. Biaya riset ditaksir mencapai
Rp 4 miliar-Rp 5 miliar, yang pembiayaannya ditanggung bersama. Rinciannya, KAEF menanggung 10% dan sisanya ditanggung Mitsui. Riset ini sangat penting untuk meningkatkan produksi yodium," ujar Syamsul kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Menurut dia, jika riset itu berhasil maka KAEF bakal mampu meningkatkan kapasitas produksi yodium. Hingga kini kapasitas produksi yodium KAEF baru mencapai 100 ton per tahun. Nanti, KAEF menargetkan peningkatan produksi zat kimia tersebut jadi 500 ton per tahun.

Ekspansi tersebut bakal dilakukan dengan cara menambah populasi sumur penyulingan yodium baik yang dangkal maupun dalam. Saat ini, KAEF baru memiliki delapan-10 unit sumur dangkal dan tiga-empat unit sumur dalam.Semua sumur berlokasi di Jombang, Jawa Timur. Selepas riset itu, jumlah sumur terutama yang dalam bakal bertambah," kata Syamsul. Sayangnya, dia belum bisa membeberkan jumlah penambahan sumur tersebut.

Yang jelas, penambahan produksi yodium memang jadi perhatian KAEF. Sebab, permintaan yodium di dunia terus meningkat. Permintaan datang dari berbagai industri seperti farmasi, elektronik, serta makanan dan minuman. Padahal, simpanan yodium terus menyusut.

Kondisi ini membuat harga yodium terus melonjak. Tahun lalu, harga yodium di pasar global sekitar US$ 30 per kilogram (kg). Saat ini, harganya naik menjadi dua kali lipat menjadi US$ 60 per kg.

Syamsul bilang, KAEF selama ini lebih banyak memasarkan yodiumke Jepang. Maklum, permintaan yodium dari Negeri Sakura ini terhitung yang paling tinggi di dunia. Permintaan dari Jepang sangat tinggi lantaran Maklum saja, beberapa industri seperti teknologi informasi dan elektronik di sana terus berkembang.

KAEF sebenarnya juga pernah mengekspor yodium ke kawasan lain, seperti Eropa. Namun, negara-negara di sana sangat rewel pada kualitas yodium yang dibeli.

Mereka selalu menuntut diberikan yodium dengan kualitas tertinggi. Tapi, tuntutan itu tidak sebanding dengan harganya. Konsumen Eropa meminta harga yodium serendah-rendahnya meski kualitasnya bagus. "Berat bagi kami mengekspor ke sana," tukas Syamsul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar