Selasa, 19 Juli 2011

Si kuning mencetak Rekor, si putih turut mengekor (1)

Si kuning mencetak Rekor, si putih turut mengekor (1)
Senyum sumringah terpancar dari wajah Kartini saat keluar dari sebuah bank syariah di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Pegawai swasta di bilangan Sudirman, Jakarta, ini baru saja menggadaikan emas batangan seberat 50 gram yang dibelinya akhir Juni lalu.

Sepekan sebelumnya, dia mengikuti suatu seminar tentang berkebun emas yang dihelat KONTAN. Bermodalkan pengetahuan itulah, dia membeli emas dan ‘diternakkan’ di bank syariah dengan sistem gadai. Bayang-bayang gain sudah tergambar di benak Kartini.

Maklum, dia membeli si Kuning itu pada pekan terakhir Juni ketika harga sedang turun. Bermodal bonus dari kantornya plus dana tunjangan pendidikan, perempuan ini memboyong emas batangan 50 gram buatan Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) senilai Rp 21,24 juta.

Keputusannya terbukti tepat. Kamis pekan lalu (14/7), harga emas batangan berbobot sama sudah naik jadi Rp 22,35 juta. “Kalau saya jual hari ini, sudah untung sejuta lebih. Saya titip di gadai saja, itung-itung tabungan pendidikan anak,” ujar Kartini.

Memang, harga emas kian berkilau. Pekan lalu, harga kontrak emas di pasar internasional mencetak rekor baru sebesar US$ 1.587,65 per troy ounce.

Pemicunya adalah ketidakpastian kondisi ekonomi global, terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Misalnya, rencana pemerintah AS untuk menambah utang sebesar US$ 14,3 triliun ternyata tak mendapat persetujuan dari kongres.

Kondisi ini membuat lembaga pemeringkat internasional Moodys Investor Services memprediksi peringkat utang AS bakal lengser dari AAA. Asal tahu saja, peringkat AAA ini terus disandang negeri Uwak Sam sejak tahun 1917.

Kepala bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) Ben S. Bernanke menyiapkan kebijakan ekstra. Ia akan meneruskan kebijakan pembelian obligasi pemerintah dari pasar atau Quantitative Easing (QE). Kebijakan ini seperti mencetak dollar. Tujuannya tak lain agar likuiditas bertambah dan roda perekonomian bisa berputar lebih cepat.

Namun, langkah tersebut bakal berdampak buruk ke mata uang dollar AS. Peter Dertig, pemilik Quantitative Commodity Research Ltd. di Hainburg, Jerman, menyebut, kebijakan itu akan mengguncang dollar dan mendongkrak harga emas. ”Ini menjadi alasan paling pas untuk investasi emas.

Sebab, kalau porsi utang Amerika Serikat tidak ditambah, kemungkinan, AS bisa gagal bayar,” kata Peter seperti di kutip Bloomberg, pekan lalu.
Di belahan dunia lain, krisis utang di Yunani dan Portugal mulai merembet ke Italia dan Irlandia. Jalan negara-negara di Eropa untuk ke luar dari krisis ekonomi, tentu, kian panjang.

Inilah yang membuat harga emas, yang jadi alat lindung nilai sejak zaman baheula karena terbukti paling ampuh, terus meroket. Kamis lalu (14/7), harga kontrak emas untuk pengiriman Agustus 2011 di divisi Comex NYMEX sempat naik 0,7% menjadi US$ 1.593,15 per troy ounce (setara 31,1 gram) dan bergerak menuju US$ 1.587,65 sekitar pukul 23.00 WIB.

Michael Pento, Ekonom Senior Euro Pacific Capital Inc, memprediksi, harga emas akan melambung menjadi US$ 2.000 per troy ounce saat The Fed memulai kebijakan lanjutan Quantitative Easing. “Kondisi ini memaksa orang membeli emas,” katanya.

Martana Siswamarjana, Manajer Marketing Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, sebelumnya, memprediksi, rata-rata harga emas tahun ini berkisar US$ 1.457 per troy ounce. Tapi, dari perkiraan sekitar 24 analis emas terkemuka dunia, lanjut Martana, harga emas bisa mencapai US$ 1.632 per troy ounce tahun ini.

Selain pengaruh negatif perekonomian Amerika Serikat, Vice President, Research & Analysis Valbury Indonesia Nico Omer Jonckheere melihat, harga emas naik karena permintaan, baik untuk investasi maupun perhiasan, terus membumbung. Permintaan emas tahun ini diprediksi bakal tumbuh 20,9% jadi 3.692 ton. Prediksi pertumbuhan ini mengacu pada realisasi permintaan emas yang selalu konsisten saban bulan. Misalnya, di triwulan I-2011, ada permintaan 923 ton.

Konsumen emas terbesar adalah negara India dan China. Mengacu pada catatan World Gold Council, sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, permintaan emas di India mencapai 291,8 ton, sedangkan di China 245,5 ton. Artinya, porsi permintaan emas dari dua negara Asia ini mencapai 51% dari total permintaan emas dunia.

Di Indonesia, permintaan emas batangan sebagai pilihan investasi kian naik daun. Seringkali, calon pembeli emas batangan di Logam Mulia harus gigit jari karena tidak kebagian jatah. “Meski jumlahnya terbatas, kami berupaya terus menyuplai kebutuhan masyarakat setiap hari,” kata Martana. Sayang, dia tak merinci jumlah permintaan emas batangan selama semester satu lalu.

Perpaduan antara kenaikan permintaan pasar dan ketidakpastian ekonomi dunia ini bakal terus mengerek harga emas hingga akhir tahun ini. Sebanyak 18 analis yang disurvei Bloomberg menyebut, ada kecenderungan harga emas bullish pekan ini. Bahkan, mereka yakin, harga emas menembus US$ 1.600 di kuartal III ini dan mencetak rekor US$ 2.000 per troy ounce tahun depan. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar