Selasa, 19 Juli 2011

Obama Veto Limit Utang, Pasar Ketar-ketir

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah mendarat di teritori positif sedangkan IHSG sebaliknya. Pasar ketar-ketir atas peluang downgrade peringkat utang AS setelah Obama memveto proposal dari Partai Republik.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah hari ini masih dipicu kekhawatiran downgrade rating utang AS yang menjadi tekanan bagi dolar AS. Dengan sendirinya rupiah menguat.

Terakhir, lanjutnya, proposal kenaikan plafon batas atas utang AS dari Partai Republik di-veto Presiden Barack Obama. Kondisi ini memicu sentimen negatif bagi dolar AS. Sementara itu, Obama memberikan deadline hingga Jumat (22/7) pekan ini. Menjelang akhir pekan, sentimen market akan negatif.

"Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.541 dan 8.559 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (19/7). Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (19/7) ditutup menguat 9 poin (0,10%) ke level 8.545/8.555 per dolar AS dari posisi kemarin 8.554/8.564.

Christian melanjutkan, rupiah sebenarnya cukup labil hari ini. Meski menguat dibandingkan kemarin tapi melemah tipis dari level pembukaan 8.544. Rupiah berhasil menguat karena memang ada risiko, kesepakatan batas atas utang AS itu bakal meleset. "Akhir pekan ini, Partai Demokrat dan Partai Republik belum akan mencapai kesepakatan," ucap Christian.

Sedangkan deadline 2 Agustus merupakan desakan dari lembaga-lembaga pemeringkat di mana batas atas utang AS harus dinaikkan. Selain itu, data-data AS yang dirilis semalam juga tambah memperlemah dolar AS dan memperparah kekhawatiran level down grade rating utang AS dari Aaa (peringkat terbaik di dunia).

Menurutnya, data net capital inflow pada arus modal masuk ke AS baik pasar saham maupun obligasi berdasarkan treasury international capital mengindikasikan penurunan ke level US$23,6 miliar dari ekspektasi naik ke level US$48,4 miliar. "Angka itu juga turun dari bulan sebelumnya US$30,6 miliar," ujarnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah 0,60% ke level 75,35. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4174 dari sebelumnya US$1,4102 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, pelemahan rupiah 9,56 poin (0,24%) ke level 4,023,417 salah satunya dipicu oleh faktor teknikal. Dari sisi ini, imbuh Alfiansyah, berbagai indikator menunjukkan, indeks saham domestik jenuh beli. “Karena itu, potensi penguatannya hanya terbatas dan potensi pelemahannya jauh lebih besar,” ujarnya.

Penurunan indeks, lanjut Alfiansyah, juga dipicu negatifnya sentimen eksternal sehingga investor cenderung profit taking. Diawali koreksi bursa Dow Jones, lalu diikuti juga oleh pelemahan bursa saham di kawasan Asia sehingga berimbas negatif ke IHSG.

Kondisi itu terjadi karena pasar masih menunggu pertemuan Pemerintah Obama dengan Kongres AS terkait kenaikan batas atas utang negara adidaya itu pekan ini. “Pasar menanti apakah pertemuan itu akan membuahkan hasil positif atau justru sebaliknya,” paparnya.

Dia menegaskan, kegagalan AS untuk mencapai kata sepakat terkait kenaikan batas atas utang AS akan berimbas negatif bagi market secara global. Sejauh ini, AS merencanakan voting. Tapi, demi martabat Amerika, seharusnya Kongres menyetujui kenaikan batas atas utang itu. “Pasar khawatir, kongres dan pemerintah AS justru mengalami kebuntuan,” timpalnya.

Pada saat yang sama, lanjutnya, laju indeks domestik masih dihantui kondisi krisis utang di Uni Eropa. “Pasar juga masih menunggu pertemuan para Menteri Keuangan Uni Eropa pada Kamis (21/7) di Brussel yang akan membahas kelanjutan bailout Yunani,” imbuh Alfiansyah.

Dalam situasi ini, Alfiansyah menyarankan pelaku pasar tetap optimistis. Sebab, IHSG tetap menjanjikan untuk mendapatkan capital gain. “Kondisi ekonomi internal sangat positif. Hanya faktor eksternal yang membuat peluang capital gain terganjal atau tertunda,” ucapnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar