Selasa, 19 Juli 2011

Awas! IHSG Terancam Koreksi

INILAH.COM, Jakarta - Secara TA, kenaikan IHSG sudah mulai terbatas. Terlihat dari volume transaksi yang cenderung menurun dan makin tipis.

Demikian dikutip dari hasil riset pengamat pasar modal, Stefanus Mulyadi Handoko, Selasa (19/7). Indikator Stochastic juga mulai terbatas kenaikannya dan cenderung melemah di overbought area.

Walaupun masih bergerak naik, lanjutnya, namun histogram merah MACD mulai muncul kembali, menunjukan awal signal yang kurang baik. Apabila hari ini IHSG memulai koreksinya mengikuti koreksi bursa global, dengan asumsi high yang dicapai indeks adalah posisi tertinggi kemarin, maka jika IHSG dapat bertahan di level 4.000.

Indeks akan menguji support 4.015. Namun jika gagal bertahan di level 4.000, indeks akan mencoba testing support uptrend channel di level 3997. Jika support tersebut berhasil ditembus ke bawah, akan menuju support berikutnya di level 3984 dan 3970, dengan support kuatnya berada di level 3951.

"Namun untuk hari ini saya perkirakan, support uptrendline level 3.997 masih akan kuat menahan penurunan indeks. Sedangkan untuk resisten indeks diperkirakan akan berada di level 4.045 dengan resisten berikutnya di level 4.054, jelasnya.

IHSG kemarin ditutup naik tipis 9,772 poin (0,24%) ke level 4.032,974. Total transaksi senilai Rp4,2 triliun, foreign mencatatkan net buy Rp308 miliar. Rupiah ditutup melemah di posisi Rp8.560/US$.

Sementara dini hari tadi Bursa Wall Street berakhir negatif, dengan Dow Jones ditutup turun 94,57 poin (0,76%) menjadi 12.385,16, S&P 500 turun 10,70 poin (0,81%) menjadi 1.305,44 dan Nasdaq turun 24,69 poin (0,89) menjadi 2.765,11.

Bursa Global kembali tertekan, disebabkan karena hasil stress test perbankan Uni Eropa dinilai gagal mengembalikan kepercayaan investor atas penyelesaian krisis utang di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan karena stress test perbankan Eropa ini hanya dalam kategori kondisi ekonomi Eropa pada saat ini, dan tidak memasukkan skenario jika terjadi penyebaran krisis.

Kekacauaan krisis utang di Uni Eropa dan AS, justru memicu peralihan dana ke Indonesia, mengakibatkan pasar dalam negeri kebanjiran capital inflow sehingga foreign masih melakukan net buy hingga 300 miliar lebih kemaren. Alhasil, IHSG kembali berhasil mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah walaupun dengan kenaikan tipis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar