Selasa, 19 Juli 2011

Utang semakin ringan, dana ekspansi membesar

JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) bisa lebih leluasa ekspansi setelah menerbitkan saham baru alias rights issue dan restrukturisasi utang. Anak usahanya di bidang kontraktor tambang batubara, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma) pun bisa meraup untung besar.

Pasca rights issue bulan lalu, DOID memperoleh dana segar Rp 1,22 triliun. Sebesar 60%-70% dari duit itu akan dipakai untuk membeli alat berat dan 22,5%-32,5% buat restrukturisasi utang, sisanya untuk modal kerja.

Sebelumnya, DOID memang rajin merestrukturisasi utang. Mereka mengantongi pinjaman sindikasi bank US$ 600 juta pada November 2010 untuk melunasi utang US$ 285 juta dan US$ 315 juta. Belakangan, pada Mei 2011, DOID berutang lagi US$ 800 juta kepada 10 bank buat membayar pinjaman US$ 600 juta tersebut.

Arief Budiman, analis OSK Nusadana Securities, mengatakan, langkah-langkah aksi korporasi DOID itu akan meningkatkan struktur modalnya. Ke depan, kemungkinan DOID akan menjadi pemegang saham minoritas tambang batubara. Menurut dia, investasi tersebut dapat mengamankan kontrak Buma.

Joseph Pangaribuan, analis Samuel Sekuritas, menghitung restrukturisasi akan menghemat beban utang DOID sampai US$ 19 juta. Sementara belanja modal tahun ini sebesar US$ 242 juta juga dinilai positif. "Ini karena di tahun-tahun sebelumnya Buma menghadapi keterbatasan dana ekspansi," ujarnya.

Pasca restrukturisasi, Joseph memperkirakan, net gearing DOID tahun ini akan turun menjadi 3,1 kali. Sedangkan rasio utang (DER) akan menjadi empat kali.

Sementara Arief memprediksi, DER DOID di akhir 2011 akan menjadi tiga kali. Bandingkan dengan net gearing dan DER tahun lalu masing-masing 47,8 kali dan 43,7 kali.

Beban utang DOID menyebabkan perusahaan ini merugi tahun 2009 dan 2010. Herman Koeswanto, analis Mandiri Sekuritas, optimistis DOID bisa mencetak laba Rp 450 miliar tahun ini. Namun, ongkos DOID untuk restrukturisasi tetap besar sampai US$ 16,5 juta pada tahun ini.

Produksi batubara

Di sisi lain, Arief menilai Buma diuntungkan peningkatan produksi batubara Indonesia yang diperkirakan tumbuh 11% dalam dua tahun mendatang. Apalagi, klien Buma merupakan produsen besar batubara, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Kideco Jaya Agung, PT Bayan Resources Tbk (BYAN), dan PT Bumi Resources Tbk.

Volume produksi batubara yang ditangani Buma di kuartal kedua akan lebih baik dibanding kuartal I-2011. "Margin operasi lebih dari 18% karena kedatangan alat berat," kata Arief. Sedangkan Joseph memperkirakan volume produksi Buma bisa tumbuh 8% tahun ini.

Ketiga analis kompak merekomendasikan buy saham DOID. Meskipun kinerjanya di masa lalu buruk, Herman yakin DOID bisa mencatat kinerja lebih baik dengan modal lebih kuat dan beban bunga lebih kecil. Herman memasang target harga Rp 1.400 per saham yang mencerminkan PER 2011 sebesar 15,8 kali.

Arief menetapkan target harga Rp 1.370 berdasarkan PER 13 kali. Joseph mematok target harga Rp 1.450 yang merefleksikan PER 2011 20 kali. Kemarin, saham mencapai Rp 1.030 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar