Selasa, 19 Juli 2011

Si kuning mencetak rekor, si putih turut mengekor (2)

Si kuning mencetak rekor, si putih turut mengekor (2)
Euforia emas batangan di Tanah Air turut mengerek harganya. Dua pekan lalu, harga emas batangan di Logam Mulia naik 1,18% dalam sepekan menjadi Rp 428.000 per gram. Bahkan, pada Kamis lalu (14/7), harga emas batangan melambung 1,6% dalam satu hari menjadi Rp 445.000 per gram.

Melihat harga itu, sebagian orang mengganggap, harga emas sudah terlalu tinggi dan makin sulit terjangkau. Mereka mulai mencari substitusi emas sebagai ladang investasi baru. Salah satu pilihannya adalah perak, yang harganya selalu mengekor emas.

Lihat saja, harga kontrak berjangka perak untuk Agustus 2011 naik 2,9% jadi US$ 39,26 per troy ounce pada Kamis pekan lalu. Bahkan, kalau dihitung sejak awal tahun ini, harga perak sudah naik 25% dan di atas pertumbuhan harga emas yang hanya sebesar 11,99%.

Herman, Vice President Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, bilang, kenaikan harga emas dalam lima tahun terakhir sekitar 199% dan 538% dalam 10 tahun terakhir. Sementara, dalam lima tahun, harga perak melejit 433% dan 1.065% pada 10 tahun terakhir. “Kenaikan harga perak selalu dua kali dari emas,” katanya.

Dari sisi pasokan dan permintaan, menurut Nico, cadangan perak juga terus menipis. Sedangkan cadangan emas tidak berkurang. Pasalnya, orang membeli emas untuk disimpan, baik sebagai perhiasan atau investasi. Sementara, perak masih banyak digunakan untuk industri, seperti di alat elektronika. Alhasil, perak bisa makin langka ketimbang emas.

Sayang, hingga kini, tak banyak masyarakat yang mengetahui cara mendapatkan perak untuk investasi. “Kalau Anda beruntung bisa mendapat perak, borong saja, harganya bakal naik,” kata Nico. Dia sendiri rutin membeli koin perak dirham di Wakalah Nusantara sebagai media lindung nilai dari gerusan inflasi.

Nico memprediksi, harga perak tahun ini bisa menembus US$ 50 dan mencapai US$ 120 per troy ounce dalam 5 tahun.

Memang, di Indonesia perak belum populer jadi substitusi emas. Maklum, penggunaan perak sebagai alat investasi di dunia pun baru dimulai sekitar tahun 2004. Saat itu, berdasarkan The Silver Institute, total perak dunia yang menjadi alat investasi baru 29.100 troy ounce. Porsinya terus membengkak dan sudah mencapai 178.000 ons troy pada akhir tahun lalu.

Perak makin populer menjadi alternatif investasi dalam setahun terakhir. Perusahaan pengelola investasi besar seperti JP Morgan pun memborong perak untuk portofolio investasi mereka Maret lalu. Bahkan, kabarnya, JP Morgan menambah posisi short di pasar berjangka, dari sekitar 6.000 kontrak menjadi 25.000 kontrak atau setara 125 juta troy ounce.

Nico menilai, aksi itu menandakan perak telah menjadi barang investasi yang diincar oleh manajer investasi besar. Otomatis, harga silver ini akan terus bergerak naik.

Belum likuid

Di Indonesia, alat investasi perak yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat adalah dirham. Bentuknya adalah koin standar berdiameter 25 milimeter, berat 2.975 gram, dab kadar perak 999.

Perak batangan baru dikenalkan di Indonesia sejak Maret 2011 oleh PT HMV Bullion yang berbasis di Batam, Kepulauan Riau. Presiden Direktur HMV Bullion Vizal Fepwarmen menjelaskan, perak batangan yang ditawarkan berukuran 25 gram (gr), 50 gr, 100 gr, 250 gr. Lalu bentuk casting (tidak serapi batangan) ukuran 0,5 kg dan 1 kg. “Semua produk ada sertifikat keaslian dari Logam Mulia Antam,” katanya. Dia menambahkan, 90% produk yang mereka jual berasal dari Antam.

Seperti Logam Mulia, HMV Bullion akan merilis update harga jual dan beli perak setiap hari, serta memasangnya di situs interet (website). Mereka menjamin akan membeli kembali semua perak dari investor, “Asal mereka beli dari HMV Bullion,” imbuhnya.

Minat masyarakat terhadap perak batangan HMV Bullion cukup besar, terutama di Batam, Jakarta, Surabaya, Semarang dan Yogyakarta. “Totalnya sudah hitungan ton, kebanyakan membeli bentuk casting karena harga lebih murah,” ujar Vizal. Sayang, dia enggan merinci total penjualan HMV Bullion.

Menurut dia, investor bisa membeli perak mulai dari 25 gram sampai kiloan. Adapun jumlah investor baru sekitar 200-an pihak, baik perorangan seperti ibu rumahtangga, pengusaha, maupun badan usaha.

Selain batangan, HMV Bullion juga akan menawarkan koin perak dengan tema peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 pada Agustus nanti.

Misalnya, koin bergambar kepulauan Indonesia seberat 100 gram yang dijual seharga Rp 1,53 juta. Ada pula satu set koin seharga Rp 4,97 juta, yang meliputi satu koin 100 gram dan lima koin 50 gram.

Dalam rangka peringatan kemerdekaan RI ke-66, HMV Bullion juga menawarkan koin berlogo beberapa pulau di Indonesia, seperti Pulau Sumatera seberat 50 gram. Harganya Rp 841.875. Ada juga Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, bahkan Pulau Flores.

Sejatinya, koin perak seperti ini bukan hanya bisa jadi wahana investasi, tapi juga barang koleksi. Vizal menyarankan, investasi perak sebaiknya untuk jangka panjang agar mendapatkan imbal hasil yang tinggi.

Untuk pembelian maupun penjualan ke HMV Bullion, transaksi bisa dilakukan secara online. Sedangkan di Logam Mulia Antam, investor bisa datang langsung ke sana.

Perlu diingat, meskipun harga emas dan perak terus berkilau dan menjanjikan gain tinggi, Anda jangan asal tubruk. Perencana keuangan dari First Principal Financial Pte Ltd Singapura, Fauziah Arsiyanti, menyarankan investor tetap menyesuaikan investasi itu dengan tujuan keuangan. Bila tujuan keuangannya hanya untuk menyimpan saja di pos dana darurat, alokasikan 50% dari total dana darurat itu di logam mulia.

Misalkan pos dana darurat sebesar Rp 20 juta. Nah, sebaiknya 20% atau Rp 4 juta berupa dirham (perak), 30% atau Rp 6 juta untuk investasi emas, dan 50% atau Rp 10 juta berbentuk deposito. Intinya, jangan menempatkan ‘telur’ di satu keranjang, baik emas atau perak.

Tapi, ingat, perak juga mengandung risiko. Harganya fluktuatif seperti emas dalam jangka pendek. Pasarnya juga tidak likuid karena belum populer. (Selesai).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar