Kamis, 16 Juni 2011

Bursa Koreksi, Saatnya Akumulasi Saham Bakrie

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Bursa saham Indonesia memang sedang dirundung koreksi. Namun, investor masih bisa mencermati saham dari grup Bakrie.

Pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, koreksi bursa yang terjadi kali ini, menyulitkan pelaku pasar melakukan daily trading. Namun, kondisi ini sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk akumulasi beli saham-saham yang sudah terdiskon tajam, “Seperti saham-saham di grup Bakrie yang hari ini mengalami tekanan cukup dalam,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Salah satu saham pilihannya adalah PT Bakrie and Brothers (BNBR) yang menurutnya sangat murah di level Rp69-70 dengan kuasi reorganiasasinya yang lancar. “Sebab, harga terendahnya di level Rp50,” ucapnya.

Seperti diketahui, manajemen BNBR akan segera menuntaskan rencana kuasi reorganisasi pada kuartal tiga tahun ini,untuk mengurangi defisit beban pembukuan. Kuasi reorganisasi akan mencatatkan nilai aset BNBR sesuai dengan kondisi sebenarnya saat ini.

Kinerja perseroan per 31 Desember 2010, mencatatkan defisit dan selisih nilai restrukturisasi entitas sepengendali sebesar Rp38,2 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp27,7 triliun merupakan defisit akibat kerugian investasi pascakrisis 2008 lalu.

Selain itu, aksi korporasi BNBR adalah menganggarkan US$5 miliar 3-5 tahun kedepan untuk fokus kepada sektor energidan proyek listrik. Bakrie Group mulai menggarap sejumlah proyek energy di Indonesia. Proyek tersebut antara lain adalah PLTU Tanjung Jati A, proyek listrik di Kalimantan TImur dengan kapasitas 2x18 MW dan Sumut dengan kapasitas 2x10 MW.

Perseroan juga siap melepas Bakrie Pipe Industries (BPI) karena banyak pihak yang tertarik untuk mengakuisisi. Sebelumnya, BNBR telah menjual PT Seamless Pipe Indonesia Jaya (SPIJ) kepada Tenaris SA, perusahaan manufaktur pipa baja terbesar di dunia.

Willy juga menyarankan saham PT Bumi Resources Minerals (BRMS) yang dijual ke Vallar sebesar 75% di level harga Rp850 dan PT Bakrieland Development (ELTY). “Emiten-emiten ini menarik karena sudah terkoreksi dalam,” katanya.

Senada dengan Yuganur Widjanarko dari HD Capital yang mengatakanGrup Bakrie masih bisa menjadi pilihanhari ini. Terutama karena antisipasi pengurangan outstanding debt. Apalagi situasi penguatan rupiah akan mempermudah grup Bakrie mempercepat restrukturisasi utang. “Hal ini akan memicu peningkatan laba dari pengurangan beban bunga hutang,” ujarnya dihubungi terpisah.

Beberapa saham yang menjadi pilihannya adalah Bumi Resources (BUMI), Energi Mega Persada (ENRG) dan Dharma Henwa (DEWA).”Rekomendasibeli saham-saham ini,” katanya.

Menurutnya, saham BUMI menarik terkait aksi korporasi yang memangkas hutang serta outlook batubara yang kondusif untuk 2011. Investor pun berpeluang akumulasi saham berkapitalisasi terbesar di sektor batubara dan grup bakrie pascakoreksi yang terjadi beberapa hari terakhir. “Saham BUMI berpeluang menguat dengan target harga dapat mencapai Rp3.450,” ujarnya.

Sedangkan Christine Salim dari Samuel Sekuritas memperkirakan harga saham BUMI bisa mencapai level Rp3.950. Ia menuturkan, harga saham BUMI telah anjlok sekitar 5% menyusul pengumuman dari Vallar atas kesepakatan yang telah membingungkan pasar.

Namun, teka-teki ini belum juga terselesaikan, yakni tujuan dari penerbitan CB terkait rencana de-leverage. BUMI kini diperdagangkan dengan PER 2011-2012 sebesar 15.2 kali -12.9 kali, dengan target harga Rp3 950/share. “Kami sedang menunggu hasil kinerja yang akan dirilis bulan ini. Maintain buy untuk BUMI,” katanya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar