Kamis, 16 Juni 2011

Market Cemaskan 'Downgrade' Bank Besar Perancis

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Rupiah dan indeks saham lokal kompak melemah tajam seiring rontoknya bursa global. Selain faktor Yunani, pasar mencemaskan ancaman Moody’s yang akan men-downgrade bank-bank besar Perancis.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Daru Wibisono mengatakan, nilai tukar rupiah hari ini tergerus oleh pelemahan tajam mata uang utama terhadap dolar AS terutama euro dan poundsterling. Kondisi itu dipicu oleh krisis utang Yunani yang tak kunjung menemui penyelesaian.

Menurutnya, para Menteri Keuangan Uni Eropa belum sepakat untuk melibatkan pihak swasta dalam pembelian obligasi untuk merestrukturisasi utang Yunani sebagaimana diusulkan Jerman. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 8.597 dan terkuatnya 8.555 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (16/6).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (16/6) ditutup melemah tajam 40 poin (0,46%) ke level 8.583/8.593 per dolar AS dari posisi kemarin 8.543/8.553.

Daru memaparkan, telah terjadi perdebatan keras antara Menteri Keuangan Jerman dengan pimpinan European Central Bank (ECB). Hasil terakhir, penyelesaikan utang Yunani mengalami kebuntuan. "Itulah yang menyebabkan mata uang poundsterling dan euro melemah tajam sehingga menyeret mata uang Asia termasuk rupiah ke zona negatif," ujarnya.

Di sisi lain, lanjutnya, kawasan Eropa juga diperburuk dengan Lembaga Pemeringkat Internasional Moody's Rating yang memberikan warning terhadap penurunan peringkat pada bank-bank besar Perancis. "Pasar melihat, masalah pada bank besar perancis akan berpengaruh negatif pada sektor finansial dunia. Sebab, Perancis merupakan negara penting dalam G7," ungkapnya.

Karena itu, imbuh Daru, sentimen negatif bukan hanya melanda pasar uang, bursa saham pun dilanda aksi jual terutama pada saham-saham perbankan dan finansial. Semua itu, juga memperparah keadaan, setelah China, pada Selasa (14/6) menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk keenam kalinya 2011 ini sebesar 50 basis poin ke level 21,5%. "Kebijakan ini efektif pada 20 Juni 2011," paparnya.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4118 bahkan sempat mencapai level terkuatnya US$1,4088 dari posisi sebelumnya US$1,4166. "Dolar AS menguat sangat tajam jika dibandingkan level terkuat euro kemarin US$1,4454 per euro," imbuhnya.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 53,78 poin (1,42%) ke level 3.740,471 dipicu oleh indeks Dow Jones Industrial (DJI) yang memberikan false signal. Setelah kemarin ditutup dengan signal positif, Dow semalam kembali terkoreksi cukup dalam dan ditutup di bawah 12.000. “Tapi, posisi penutupan masih di atas level terendah dua hari lalu di 11.883,” ujarnya.

Bursa regional, lanjut Willy, masih diselimuti sentimen negatif perlambatan ekonomi global dan krisis utang di Yunani. “Apalagi, setelah Yunani mengalami kerusuhan akibat demonstrasi yang menentang kebijakan pemerintah,” paparnya.

Tapi, Willy menggarisbawahi, bursa Indonesia tidak memiliki masalah dari sisi fundamental ekonomi. Bahkan, Indonesia akan menjadi 6 negara yang menjadi kekuatan baru pada 2025 menurut Bank Dunia. “Namun, bursa Indonesia tidak bisa bergerak sendiri, sehingga hari ini mengalami tekanan jual seiring yang terjadi di bursa regional Asia dan global,” paparnya.

Karena itu, tandas Willy, selama indeks saham domestik tidak tembus level 3.700 ke bawah, belum menunjukkan tanda-tanda yang bahaya. “Selama masih berada di atas level tersebut, merupakan koreksi normal bukan crash,” tandasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar