Rabu, 22 Juni 2011

Resolusi Krisis Utang Yunani Bangkitkan Pasar

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah dan IHSG kompak menguat. Pasar optimistis atas adanya resolusi krisis utang Yunani setelah parlemen Athena memberikan mosi percaya pada Perdana Menteri Papandreou.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah hari ini terbawa oleh sentimen positif dari optimisme pasar setelah tercapainya resolusi atas krisis utang Yunani. Pasalnya, Parlemen Yunani memberikan mosi kepercayaan terhadap Perdana Menteri George Papandreou untuk memimpin pemerintahan di Yunani.

Akibatnya, menurut Firman, market semakin lega dengan keputusan parlemen itu tadi pagi. Kondisi itu terefleksi pada pelemahan dolar AS. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.585 dan 8.600 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (22/6).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (22/6) ditutup menguat 9 poin (0,10%) ke level 8.587/8.592 per dolar AS dari posis kemarin 8.596/8.606.

Hanya saja, imbuh Firman, pada Rabu (22/6) malam, pasar dihadapkan pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting sehingga investor menjadi berhati-hati. "Karena itu, penguatan rupiah hari ini jadi terbatas," papar Firman.

Tapi, menurutnya, dolar AS tetap berada dalam tekanan jual hingga pasar mendapat petunjuk terkait kebijakan moneter AS. Nanti malam, The Fed akan menentukan apakah AS akan menambah program Quantitative Easing (QE)-nya atau tetap menahan stimulusnya untuk sementara dengan menginvestasikan kembali obligasi yang sudah jatuh tempo. "Atau, AS akan mengurangi stimulusnya," tuturnya.

Semua itu, akan terjawab nanti malam. Sejauh ini, pasar memperkirakan, The Fed akan mempertahankan stimulus moneternya dengan mereinvestasi obligasi yang sudah jatuh tempo di tengah bertambahnya bukti perlambatan ekonomi AS. "Tapi, peluang QE ketiga sangat kecil karena ekonomi AS sendiri sudah menunjukkan inflasi meskipun terjadi perlambatan. Artinya, meski melambat, ekonomi AS masih jauh dari resesi," tandas Firman.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4408 dari sebelumnya US$1,4406 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 26,89 poin (0,71%) ke level 3.821,832 dipicu oleh optimisme pasar atas penyelesaian krisis utang di Yunani. “Apalagi, setelah Perdana Menteri Yunani George Papandreou mendapat dukungan masyarakatnya dalam mosi percaya parlemen kemarin,” ujarnya.

Papandreou, lanjutnya, mendapat kepercayaan publik Athena untuk melakukan penghematan fiskal (pemangkasan anggaran), kenaikan pajak dan penjualan beberapa aset negara. “Semua upaya Yunani itu, dilakukan untuk mendapatkan bailout dari Uni Eropa senilai 12 miliar euro,” paparnya.

Artinya, ditegaskan Willy, koreksi IHSG selama ini, memang karena faktor eksternal. “Fundamental ekonomi Indonesia sendiri, sangat positif. Bahkan, Indonesia bakal menjadi 6 kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2025 menurut Bank Dunia,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar